Senin, 14 Desember 2015

RANGKUMAN MATERI SEJARAH KELAS X SMK NEGERI 1 PURBALINGGA



RANGKUMAN MATERI KELAS X
BAB I
MENELUSURI PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA

A.    Sebelum Mengenal Tulisan
Pra Sejarah adalah masa sebelum adanya aktivitas kehidupan manusia.
Pra                    Sebelum     Sejarah                      Sejarah
      Praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan.
Pra                   Sebelum      Aksara                   Tulisan
Istilah lain Praaksara adalah Nirleka. Nir                Tanpa  dan  Leka                Tulisan.
Karena belum adanya tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Zaman praaksara dimulai sejak manusia ada. Kemudian zaman praaksara berakhir adalah ketika manusia sudah mengenal tulisan.
B.     Terbentuknya Kepulauan Indonesia
1.      Teori Big Bang (Dentuman Besar)
Teori Big Bang (Stephen Hawking) menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagat raya. Gumpalan gas itu suatu saat meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat dialam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energy berupa proton, neutron dan electron yang bertebaran ke seluruh arah. Ledakan tersebut menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung keseluruh penjuru , sehingga membentuk galaksi-galaksi bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit.
2.      Proses Evolusi Bumi
Proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode, sebagai berikut :
a.       Azoicum (Yunani, a = tidak, Zoon = Binatang)
Yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat itu udara dibumi masih sangat panas. Kulit bumi masih dalam proses pembentukan  dan belum ada tanda-tanda kehidupan. Waktunya sekitar lebih dari satu milyar tahun lalu.

b.      Palaezoicum
Yaitu zaman purba tertua. Permukaan bumi mulai terbentuk hidosfer dan atmosfer. Saat itu sudah mulai ada tanda-tanda kebidupan dengan munculnya organisme bersel tunggal yang kemudian berkembang menjadi organisme bersel banyak. Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
Zaman ini disebut juga zaman primer karena untuk pertama kalinya terdapat kehidupan makhluk, seperti berikut :
·         Cambrium    : mulai ada kehidupan yang amat primitive (Kerang dan Ubur-ubur).
·         Silur              : mulai ada kehidupan hewan bertulang belakang tertua  (Ikan).
·         Devoon        : mulai ada kehidupan jemis amfibi tertua.
·         Carbon         : mulai ada binatang merayap sejenis reptil.
c.       Mesozoicum
Yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui, hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun. Pada zaman ini kehidupan di bumi semakin berkembang. Binatang-binatang pada masa itu mencapai bentuk yang besar sekali. Antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus panjangnya 30 meter. Jenis burung sudah mulai ada. Zaman ini disebut pula dengan zaman reptil, karena pada zaman jenis binatang reptil yang paling banyak sekali. Ciri-ciri zaman mesozoicum :
1)      Perkembangan reptile mencapai puncaknya (terutama dinosaurus)
2)      Terdapat aktifitas tektonik, iklim dan evolusi
3)      Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dan saling menyatu satu sama lain
4)      Iklim bumi mulai hangat
5)      Merupakan dasar dari kehidupan modern.
d.      Neozoicum
Yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter). Keadaan bumi pada zaman ini menjadi baik. Perubahan cuaca tidak begitu besar. Zaman es mulai menyusut makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai ada.

1)      Tersier
Pada zaman ini ditandai dengan semakin berkurangnya binatang raksasa. Famili binatang menyusui sudah mulai ada. Beberapa jenis monyet dan kera telah mulai hidup.
2)      Quarter
Zaman kwarter berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini telah ada tanda-tanda kehidupan manusia. Bagian-bagian zaman ini disebut dengan istilah kala. Zaman ini dibagi dalam dua bagian yaitu kala plestosin dan kala holosin.
a)      Kala Pleistosin atau Zaman Dillivium        muncul Pithecantropus Erectus
b)      Kala Holosin atau Zaman Alluvium muncul          Homo Sapiens
C.    Mengenal Manusia Purba
1.      Sangiran
Sangiran berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Merupakan sebuah kompleks situs manusia purba di Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia bahkan Asia. Pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia, yang ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996 nomer 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO.
Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar 2 km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koeningswald Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan.
Fosil fauna yang ditemukan di Sangiran antara lain: buaya dan kura-kura raksasa, fosil gading gajah (4 meter), rahang badak, rhinoceros sondaicus. Hewan ini diperkirakan hidupa di Sangiran sekitar 500 ribu hingga 700 ribu tahun yang lalu.
2.      Trinil
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada 1934. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
3.      Jenis-jenis manusia Purba
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman pra-aksara, antara lain :
a.       Meganthropus Palaeojavanicus
Artinya, manusia raksasa dari Jawa. Manusia purba paling primitive (tua) yang ditemukan oleh G.H.R Von Koeningswald di Sangiran (1936 dan 1941).
Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus :
·         Memiliki otot kunyah yang kuat
·         Memiliki tonjolan kening yang mencolok
·         Memiliki tonjolan belakang yang tajam
·         Tidak memiliki dagu
·         Memiliki tulang pipi yang tebal
·         Memiliki perawakan yang tegap
·         Memakan jenis tumbuhan.
b.      Jenis Pithecanthropus
 Ciri-cirinya antara lain :
·         Tinggi badan sekitar 165-180 cm
·         Volum otak berkisar antara 750-1350 cc
·         Bentuk tubuh dan anggota badan tegap, tapi tidak setegap meganthropus.
·         Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat.
·         Graham besar dan rahang kuat
·         Tonjolan kening tebal melintang dari dahi dari sisi ke sisi
·         Bentuk hidung tebal
·         Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
·         Muka menonjol kedepan, dahi miring ke belakang.
Ada beberapa jenis Pithecanthropus diantaranya :
1)      Pithecanthropus Erectus
Artinya manusia kera yang berjalan tegak. Ditemukan oleh Eugene Dubois (1890) di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Fosil tersebut berbentuk kerangka manusia yang menyerupai kera. Hidup pada zaman Pleistosin (300.000 – 500.000 tahun lalu). Beratnya sekitar 100 kg.
2)      Pithecanthropus Mojokertensis
Ditemukan di formasi Pucangan, Kepuhklager dan Sangiran pada tahun 1936 oleh Dr. Von Koeningswald. Di Kepuhklager ditemukan tengkorak berumur 6 tahun, dengan isi tengkorak 650 cc dan kalau sudah dewasa sekitar 1000 cc.
3)      Pithecanthropus Dubois
Artinya manusia kera yang meragukan, ditemukan tahun 1939 di Sangiran oleh Dr. Koeningswald.
4)      Pithecanthropus Robustus
Artinya manusia kera yang perkasa, ditemukan tahun 1939 di Sangiran oleh Weidenreich dan Von Koeningswald.
5)      Pithecanthropus Soloensis
Ditemukan di Pleistosen tengah (Sangiran dan Sambungmacan) serta Pleistosen atas (Ngebung) yang adalam perkembangannya menjadi kepunahan.
c.       Homo
Fosil homo ini pertama kali diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois  bersama kawan-kawan. Hidup nya sekitar 40.000-25.000 tahun lalu. Ciri-cirinya antara lain :
·         Berbadan tegap
·         Tinggi sekitar 180 cm
·         Memiliki volum otak sekitar 1000-1.300 cc
·         Tengkorak lebih besar dibanding Pithecanthropus
·         Muka lebar
·         Hidung dan mulut menonjol
·         Dahi menonjol
·         Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.
·         Tempat penyebarannya di Indonesia, Filiphina dan Cina Selatan.
Jenis-jenis Homo, antara lain :
1)      Homo Sapiens
Artinya manusia sempurna, baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya secara umum tidak jauh beda dengan manusia modern. Kadang-kadang homo sapiens juga dikatakan “manusia bijak” karena telah lebih maju dalam berfikir dan menyiasati tantangan alam. Kapasitas otaknya sekitar 1.400cc.
2)      Homo Soloensis
Artinya manusia yang berasal dari Solo. Ditemukan di lembah Sungai Bengawan Solo oleh Ter Haar dan Ir. Oppenoorth (1931-1934) di desa Ngandong Kabupaten Blora.


3)      Homo Wajakensis
Manusia Wajak merupakan satu-satunya teman di Indonesia yang untuk sementara disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889 ditemukan oleh B.D. Van Reitschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.
4)      Manusia Liang Bua
Atau manusia Floresiensis ditemukan tahun 2004 di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Australia dan Indonesia di Flores. Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulu menemukan beberapa fragmen tulang manusia Liang Bua. Manusia Liang Bua memiliki ciri tengakorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil dengan volume otak 380cc.
D.    Perkembangan Teknologi
1.      Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)
Alat-alat hasil kebudayaan zaman batu tua antara lain.
Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)
Nama
Gambar
Keterangan
Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.
Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.
 Alat-alat Serpih (Flakes
Alat-alat serpih terbuat dari pecahanpecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.
Perkakas dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis

2. Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)
Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.
Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)
Nama
Gambar
Keterangan
Kapak Sumatra (Pebble)
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
Kapak Pendek (Hache courte)
No-image
Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
Kjokken-moddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
Abris sous roche
Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal
Lukisan di Dinding Gua
Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua. 

3. Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)
Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)
Nama
Gambar
Keterangan
Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.
Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.
Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.
4. Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum)
Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum.
Kebudayaan Batu Besar
Nama
Gambar
Keterangan
Menhir
Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
 Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali
Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.
Peti Kubur Batu
Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
Waruga
Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
 Arca
Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Punden Berundak
Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

5. Kebudayaan Zaman Logam
Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasilhasil kebudayaan zaman logam, antara lain.
 Kebudayaan Zaman Logam
Nama
Gambar
Keterangan
Nekara
Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.
Moko
Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.
Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.
Candrasa
Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan di Yogyakarta.
Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.
Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
Manik-manik
Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Buni.
Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura.
Arca Perunggu
Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.
E.     Pola Hunian
Karakter pola hunian manusia purba, diantaranya :
1.      Kedekatan dengan sumber air
2.      Kehidupan dialam terbuka
3.      Memanfaatkan gua-gua sebagai tempat tinggal
4.      Nomaden (berpindah-pindah)
F.     Mengenal Api
Penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun lalu. Penemuan api pada periode manusia Homo Erectus. Pada walnya pembuatan apai dilakukan dengan cara membenturkan dan menggosokan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat lain.
G.    Berburu sampai Bercocok Tanam
1.      Kehidupan Berburu
a.       Masih tergantung dengan alam
b.      Kehidupan masih berpindah-pindah (nomadena)
c.       Tempat tinggal biasanya dekat dengan sumber air (sungai, pantai atau danau)
d.      Food Gathering
e.       Alat yang digunakan dari bahan batu sederhana
f.       Manusianya Meganthropus dan Pithecanthropus
2.      Kehidupan bercocok tanam
a.       Food Producing
b.      Manusianya Homo Sapien
c.       Mengenal bercocok tanam
d.      Memiliki tempat tinggal
H.    Kedatangan Deutro dan Protomelayu
Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan utama. Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia.
Kedatangan Proto Melayu dan Deutro Melayu menurut Sarasin lebih dari 2.000 tahun lalu.
1.      Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Ciri-cirinya antara lai :
a.       Rambut lurus
b.      Kulit kuning kecoklat-coklatan
c.       Bermata sipit
Terkenal dengan budaya batu (yang sudah dihaluskan). Hasil budaya yang terkenal: kapak persegi (banyak di temukan di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dan kapak lonjong (banyak digunakan mereka yang melalui jalan utara, yakni Sulawesi dan Irian.). Penduduk asli dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Datang dengan 2 jalan, yaitu:
a.       Jalan barat dari Yunan (Cina Selatan) melalui Selat Malaka (Malaysia) masuk ke Sumatra masuk ke Jawa. Mereka membawa alat berupa kapak persegi.
b.      Jalan utara (timur) dari Yunan melalui Formosa (Taiwan) masuk ke Filipina kemudian ke Sulawesi kemudian masuk ke Irian. Mereka membawa alat kapak lonjong.
2.      Deutero Melayu
Datang sekita 500 SM. Datang dari Yunan (China Selatan) masuk melalui jalan barat. Berhasil mendesak dan bercampur dengan bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu masuk melalui Teluk Tonkin (Yunan) ke Vietnam, lalu ke Semenanjung Malaka, terus ke Sumatra, dan akhirnya masuk ke Jawa. Deutero Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan Dongson. Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
3.      Melanesoid
Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum. Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu.


4.      Negrito dan Weddid
Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika. Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi rata-rata lelakinya 155cm. Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna). Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu :
a.       Bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Bahasa Batak, Melayu standar, Jawa, dan Bali. Kelompok bahasa ini mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon.